Penyusunan rencana usaha (business plan) ditentukan oleh layak atau tidaknya proyeksi cash flow, yaitu suatu aliran keuangan yang mencerminkan kesehatan suatu usaha. Suatu usaha dapat dikatakan sehat apabila aliran uang yang masuk dak keluar minimal sama atau positip atau lebih banyak uang yang masuk daripada uang keluar.
Pemahaman yang lebih mudah terhadap proyeksi cash flow atau orang yang mementingkan aliran arus uang diberikan ilustrasi sebagai berikut:
Contoh Perhitungan Proyeksi Cash Flow.
Kasus 1:
Di ruang istirahat karyawan terjadi diskusi yang serius antara dua orang karyawan baru, sebut saja namanya Andi dan Antok. Keduanya tergolong karyawan yang taat peraturan. Mereka sama-sama baru menikah setahun yang silam. Gaji keduanya juga sama, yakni sebesar Rp. 1.350.000,oo per bulan. Jarak rumah kontrakan ke kantor/perusahaan hamper sama. Rumah Andik berjarak 6 km dan rumah Antok berjarak 5 km. Mereka ke kantor sama-sama menggunakan jasa angkutan umum yaitu angkutan kota.
Permasalahan diskusi yang diangkat siang itu adalah memecahkan masalah transportasi, yaitu bagaimana caranya agar biaya angkutan kota dapat ditekan, mengingat kebutuhan mereka tidak hanya 1 (satu) kali per hari. Apalagi kalau mereka mengajak istrinya ke kota sudah barang tentu membutuhkan biaya transport yang mahal menurut ukuran mereka.
Hasil diskusi didasarkan pada penawaran kredit sepeda motor oleh suatu dealer di kota mereka. Kesimpulannya adalah dengan gaji yang diterimanya sekarang mereka akan menyisihkan Rp. 350.000,oo per bulan untuk membayar angsuran kredit. Suatu dukungan dari isteri masing-masing juga memantapkan niat untuk mengambil kredit sepeda motor tersebut.
Tetapi cara mencapai penyelesaikan permasalahan keduanya berbeda jauh. Andi dengan berbekal: (1) Slip gaji, (2) Fotocopu KTP,KK, Surat Nikah, Rekening Listrik, Rekening PDAM langsung mendatangi dealer yang menawarkan solusi cepat krediat sepeda motor. Dengan uang muka angsuran pertama sebesar Rp. 350.000,oo sepeda motor langsung dating ke rumah denganlama angsuran 48 bulan. Andi bias bercanda ria dengan istrinya, mengajak keliling kota dan tersenyum bahagia.
Sedangkan Antok memlih jalan yang jauh berliku. Antok dating ke bank untuk mengambil forrmulir kredit. Setelah konsultasi sebentar tentang kemampuan keuangan yaitu kemampuan mengangsur yang disarankan bank sebesar 25 % dari gaji berarti Antok memiliki kemampuan mengangsur Rp. 300.000,oo per bulan. Setelah melengkapi dokumen yaitu: (1) formulir kredit yang diisi lengkap, (2) Fotocopy KTP, KK, Surat Nikah, Rekening Listrik, Rekening PDAM, Pajak Bumi dan Bangunan, (3) Surat Kuasa memotong gaji oleh bendahara tempat Antok bekerja, (4) Map, (5) Materai Rp. 6.000,oo sebanyak 2 lembar, dan (6) Surat keterangan domisili dari Desa setempat. Setelah 1 (satu) bulan barulah pengajuan kredit Antok disetujui bank dengan program kredit konsumtif dengan pagu kredit Rp. 20.000.000,oo dengan masa kredit 10 (sepuluh) tahun, asuransi jiwa dan asuransi lainnya Rp. 800.000,oo Biaya administrasi Rp. 200.000,oo dan Provisi Rp. 200.0000,oo. Jadilah Antok membawa yang tunai sebesar Rp. 18.800.000,oo.
Hasil yang didapatkan Antok setelah kreditnya cair adalah membeli sepeda motor ke dealer secara tunai sebesar Rp. 11.000.000,oo Ketika malam tiba Antok berdiskusi dengan isterinya tentang mau diapakan sisa pinjaman sebesar Rp. 7.800.000,oo Mau dijadikan modal usaha atau bagaimana. Mereka berdiskusi tentang kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, pengalaman, dan cita-cita kehidupan mereka di masa depan.
Setelah seluruh proses solusi transportasi antara Andi dan Antok selesai dengan cara yang berbeda ternyata persepsi keduanya jauh melebar kemana-mana. Andi menyayangkan Antok karena mengambil kredit yang terlalu lama yaitu 10 tahun. Hal itu membuat hidup dalam kungkungan hutang dan berbagai argument lain yang disampaikan Andi yang kelihatannyanya masuk akal.
Antok juga menyayangkan cara yang dipilih Andi. Katanya dengan cara seperti itu keuangan Andi tidak sehat. BPKB ditahan dieler membuat ruang gerak keuangan terbatas. Belum lagi bila dikaji mendalam kualitas hidup keluarga Andi dibiayai dengan sisa gaji yang Rp. 1.000.000,oo per bulan yang menurut Antok menjadikan kualitas hidup harus menurun, dan berbagai macam argument lainnya.
Berdasarkan uraian ilustrasi solusi keuangan yang diambil Andi dan Antok di atas maka dapat dikemukakan berbagai pandangan atau aliran proyeksi aliran keurangan antara keduanya di masa depan. Agar proyeksi cash flow keduanya dapat dikaji maka table berikut layak untuk dilengkapi.
Permasalahan diskusi yang diangkat siang itu adalah memecahkan masalah transportasi, yaitu bagaimana caranya agar biaya angkutan kota dapat ditekan, mengingat kebutuhan mereka tidak hanya 1 (satu) kali per hari. Apalagi kalau mereka mengajak istrinya ke kota sudah barang tentu membutuhkan biaya transport yang mahal menurut ukuran mereka.
Hasil diskusi didasarkan pada penawaran kredit sepeda motor oleh suatu dealer di kota mereka. Kesimpulannya adalah dengan gaji yang diterimanya sekarang mereka akan menyisihkan Rp. 350.000,oo per bulan untuk membayar angsuran kredit. Suatu dukungan dari isteri masing-masing juga memantapkan niat untuk mengambil kredit sepeda motor tersebut.
Tetapi cara mencapai penyelesaikan permasalahan keduanya berbeda jauh. Andi dengan berbekal: (1) Slip gaji, (2) Fotocopu KTP,KK, Surat Nikah, Rekening Listrik, Rekening PDAM langsung mendatangi dealer yang menawarkan solusi cepat krediat sepeda motor. Dengan uang muka angsuran pertama sebesar Rp. 350.000,oo sepeda motor langsung dating ke rumah denganlama angsuran 48 bulan. Andi bias bercanda ria dengan istrinya, mengajak keliling kota dan tersenyum bahagia.
Sedangkan Antok memlih jalan yang jauh berliku. Antok dating ke bank untuk mengambil forrmulir kredit. Setelah konsultasi sebentar tentang kemampuan keuangan yaitu kemampuan mengangsur yang disarankan bank sebesar 25 % dari gaji berarti Antok memiliki kemampuan mengangsur Rp. 300.000,oo per bulan. Setelah melengkapi dokumen yaitu: (1) formulir kredit yang diisi lengkap, (2) Fotocopy KTP, KK, Surat Nikah, Rekening Listrik, Rekening PDAM, Pajak Bumi dan Bangunan, (3) Surat Kuasa memotong gaji oleh bendahara tempat Antok bekerja, (4) Map, (5) Materai Rp. 6.000,oo sebanyak 2 lembar, dan (6) Surat keterangan domisili dari Desa setempat. Setelah 1 (satu) bulan barulah pengajuan kredit Antok disetujui bank dengan program kredit konsumtif dengan pagu kredit Rp. 20.000.000,oo dengan masa kredit 10 (sepuluh) tahun, asuransi jiwa dan asuransi lainnya Rp. 800.000,oo Biaya administrasi Rp. 200.000,oo dan Provisi Rp. 200.0000,oo. Jadilah Antok membawa yang tunai sebesar Rp. 18.800.000,oo.
Hasil yang didapatkan Antok setelah kreditnya cair adalah membeli sepeda motor ke dealer secara tunai sebesar Rp. 11.000.000,oo Ketika malam tiba Antok berdiskusi dengan isterinya tentang mau diapakan sisa pinjaman sebesar Rp. 7.800.000,oo Mau dijadikan modal usaha atau bagaimana. Mereka berdiskusi tentang kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, pengalaman, dan cita-cita kehidupan mereka di masa depan.
Setelah seluruh proses solusi transportasi antara Andi dan Antok selesai dengan cara yang berbeda ternyata persepsi keduanya jauh melebar kemana-mana. Andi menyayangkan Antok karena mengambil kredit yang terlalu lama yaitu 10 tahun. Hal itu membuat hidup dalam kungkungan hutang dan berbagai argument lain yang disampaikan Andi yang kelihatannyanya masuk akal.
Antok juga menyayangkan cara yang dipilih Andi. Katanya dengan cara seperti itu keuangan Andi tidak sehat. BPKB ditahan dieler membuat ruang gerak keuangan terbatas. Belum lagi bila dikaji mendalam kualitas hidup keluarga Andi dibiayai dengan sisa gaji yang Rp. 1.000.000,oo per bulan yang menurut Antok menjadikan kualitas hidup harus menurun, dan berbagai macam argument lainnya.
Berdasarkan uraian ilustrasi solusi keuangan yang diambil Andi dan Antok di atas maka dapat dikemukakan berbagai pandangan atau aliran proyeksi aliran keurangan antara keduanya di masa depan. Agar proyeksi cash flow keduanya dapat dikaji maka table berikut layak untuk dilengkapi.